Tags
TOKOH-TOKOH GERAKAN PADRI
Content Language : Indonesian
Bismillahirrahmanirrahim. Hamdalah kepada Pemilik Sekalian Alam, Allah Swt. serta selawat beriring salam disampaikan kepada Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wassalam. Buku ini sengaja diberi judul Tokoh-tokoh Gerakan Padri karena dua hal. Pertama, untuk membatasi tokohtokoh yang diceritakan. Hal itu karena jika memakai judul “Tokoh-tokoh Perang Padri” maka tokoh di luar Indonesia akan disinggung. Misalnya, tiga gubernur Belanda beserta seluruh kepala pasukan seperti Kolonel Elout dan puluhan nama yang keluar masuk saat situasi perang berlangsung. Selain itu, seorang pedagang asal Timur Tengah bernama Salim Said Aljafrid, yang ikut menjadi penengah antara Kaum Padri dan Belanda, bisa termasuk di dalamnya. Jika nama orang-orang itu dimasukkan maka keluar dari tema “Tokoh Indonesia”. Namun, tokoh di luar Sumatra Barat juga dimasukkan, misalnya Sentot Alibasa, Panglima Perang Pangeran Diponegoro. Kedua, dengan membatasinya menggunakan kata gerakan maka yang akan dilihat adalah orang-orang yang berada di balik pencetusan ide dan penyatuannya vi di kemudian hari. Gerakan penyatuan itu oleh Christine Dobbin, seorang penulis sejarah dari Inggris, disebut sebagai Nasionalisme Minangkabau. Dua tokohnya, yaitu Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Tambusai, sudah diberi gelar pahlawan. Dengan pembatasan itu sekaligus akan terlihat siapa saja yang berada di balik gerakan yang berlangsung mulai 1784 hingga 1841 tersebut. Mulai diapungkannya “Kembali ke Syariat“ oleh Tuanku Koto Tuo hingga menghilangnya Tuanku Tambusai. Sebenarnya, Gerakan Padri setelah tahun-tahun tersebut terus bermunculan, tetapi tidak sekuat sebelumnya. Buku ini akan menampilkan beragam karakter tokoh yang berada di balik peristiwa besar dalam sejarah Indonesia. Ada Tuanku Koto Tuo yang lembut hati, Tuanku Nan Renceh yang cerdas namun teguh dalam pendirian, serta Tuanku Imam Bonjol yang lihai mengatur strategi perang. Gerakan Padri melahirkan ratusan tokoh. Semuanya memiliki peran penting serta keterkaitan satu sama lain, baik dalam posisi gerakan maupun kekeluargaan. Akibat sangat banyaknya tokoh gerakan tersebut, Belanda sempat bingung. Misalnya, peristiwa kematian Tuanku Mensiangan yang disambut gembira oleh vii Belanda. Pemilik nama yang meninggal itu ternyata adalah ayah dari pemimpin Harimau Nan Salapan, julukan untuk delapan pemimpin gerakan, yang juga bernama Tuanku Mensiangan. Namanya sama karena gelar adat dipakai oleh kemenakan, gelar agama dipakai oleh anak. Bahkan yang tidak punya hubungan darah pun bisa memiliki nama yang sama. Satu tokoh bahkan bisa dibuatkan satu buku karena perjalanan hidup mereka yang sangat menarik. Namun, karena keterbatasan halaman, setiap tokoh hanya akan diceritakan perannya dalam rentang waktu gerakan itu terjadi. Mudah-mudahan buku ini ada hikmahnya. Wallahualam.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.