Tags
SENJA DI DANAU MANINJAU
Content Language : Indonesian
Senja di Danau Maninjau bercerita tentang kondisi Danau Maninjau yang telah banyak mengalami perubahan, baik perubahan masyarakatnya, kunjungan turis mancanegara dan domestik, maupun perubahan ekosistem danau dan lingkungan alam di sekitarnya. Sejak awal tahun 2000-an, masyarakat mulai melakukan budi daya ikan nila dengan membuat keramba ikan di semua area danau. Keberadaan keramba ikan semakin hari semakin meningkat jumlahnya, melebihi kapasitas daya tampung danau. Hal ini menjadi penyebab kerusakan habitat dan air danau. Pakan ikan yang dicurahkan berton-ton setiap minggunya telah menjadi polusi yang berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup danau. Kondisi danau yang sudah mulai memburuk, dengan bau amis ikan, air danau yang sudah tidak lagi jernih seperti 20-an, 30-an tahun lalu, menyebabkan turis dan pelancong merasa tidak nyaman lagi menikmati liburan mereka di sekitar Danau Maninjau. Ikan yang terdapat di dalam ribuan keramba tersebut memiliki vi siklus tahunan, mati karena keracunan belerang. Beberapa tahun belakangan, siklus tahunan itu semakin pendek, menjadi dua, tiga kali dalam setahun. Jumlah turis yang mengunjungi Danau Maninjau semakin menurun. Penurunan dari ribuan turis setiap tahunnya, menjadi tidak ada sama sekali, berakibat pada ekonomi masyarakat di sekitar Danau Maninjau. Hotel, penginapan, dan koteks milik masyarakat sudah banyak yang ditutup karena pemiliknya sudah tidak mampu lagi membayar gaji pegawai. Rumah makan dan gerai oleh-oleh yang dulu hidup di sekitar Danau Maninjau, kini tinggal nama dan kenangan. Keramba ikan pada umumnya adalah milik pengusaha-pengusaha yang berasal dari luar daerah Danau Maninjau. Sementara itu, masyarakat Maninjau hanya sebagai buruh upah yang mengurus keramba ikan tersebut. Kondisi inilah yang ingin diperbaiki oleh Pak Arif dan istrinya Annisah. Sang istri memiliki keterikatan batin dengan Danau Maninjau karena semasa kecil ia tinggal di kampung ini. Sebagai seorang pakar lingkungan hidup, Pak Arif memiliki ilmu seputar alam dan lingkungan biotanya. vii Penyusunan buku ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan berbagai pihak. Untuk itu, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga saya dapat menyelesaikan cerita ini. Terima kasih untuk suami tercinta, anakanakku, Afif Al Taqy, Arsyila Khairunisa, Sgadiq Faizullah atas perhatian dan kasih sayangnya. Terima kasih untuk Kepala Balai Bahasa Riau, teman-teman di Balai Bahasa Riau atas masukan dan motivasinya. Mudah-mudahan cerita ini bermanfaat bagi para siswa sekolah menengah pertama di seluruh nusantara.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.