Tags
UMA MBATANGU ARSITEKTUR TRADISIONAL SUMBA DI KAMPUNG ADAT RATENGGARO
Content Language : Indonesian
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan buku berjudul Uma Mbatangu:Arsitektur Tradisional Sumba di Kampung Adat Ratenggaro ini. Penulisan buku ini berdasarkan hasil penelitian singkat yang didanai oleh Direktorat Pembinaan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi (Direktorat PKT), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2014. Ketika itu Direktorat PKT berupaya menginventarisasi hasil bantuan yang mereka berikan kepada kampung-kampung adat, salah satunya adalah bantuan dalam membangun rumah adat di Kampung Ratenggaro, Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam penelitian tersebut kami menyaksikan langsung bagaimana bentuk, fungsi, dan peran rumah adat bagi masyarakat dan kebudayaan Sumba. Arsitektur rumah adat Sumba tidak hanya menarik dari segi arsitektur yang memiliki atap berbentuk menara tinggi yang menjulang, tetapi juga dari segi budaya. Rumah adat merupakan cerminan dari kosmologi (pandangan tentang sistem dunia), kepercayaan, dan penghormatan masyarakat Sumba terhadap nenek moyang mereka. Keberadaan rumah adat Sumba sama pentingnya dengan kubur batu, yakni tradisi penguburan orang Sumba yang vi ditandai oleh keberadaan batu-batu besar yang berbentuk seperti meja dengan empat kaki. Tradisi kubur batu tersebut dipercaya sebagai peninggalan kebudayaan zaman megalitikum, yakni kebudayaan manusia yang ditandai oleh peninggalan berupa batu-batu besar untuk pemujaan atau makam, seperti menhir, dolmen, sarkofagus, dan punden berundak. Arsitektur Sumba ataupun tradisi kubur batu bersumber dari aliran kepercayaan atau agama lokal, yaitu Marapu. Kepercayaan Marapu merupakan aliran kepercayaan yang mengultuskan leluhur atau nenek moyang. Aliran kepercayaan itu masih kuat dipraktikkan oleh orang Sumba meskipun sebagian besar dari mereka secara resmi telah menganut agama Kristen ataupun Katolik. Manifestasi kepercayaan Marapu itu di antaranya tampak dari upacara kubur batu dan arsitektur rumah adat Sumba. Buku ini berupaya menyajikan salah satu aspek kebudayaan Sumba, yaitu arsitektur rumah adat Sumba di Kampung Adat Ratenggaro guna memberikan gambaran yang cukup memadai mengenai seperti apa bentuk rumah adat Sumba, kosmologi, dan kepercayaan seperti apa yang melatarbelakanginya, serta apa maknanya bagi masyarakat dan kebudayaan Sumba. Buku ini disusun menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi deskripsi ringkas tentang Pulau Sumba dan kebudayaannya. Bagian awal dimaksudkan untuk menyajikan latar sosialbudaya tempat aristektur tradisional Sumba tersebut berasal. vii Pada bagian kedua pembaca diajak mengunjungi Kampung Adat Ratenggaro yang memiliki rumah adat Sumba yang unik. Pada bagian itu dijelaskan bagaimana kepercayaan Marapu yang menjiwai tradisi dan adat istiadat masyarakat Sumba dapat dilihat melalui pola permukiman dan bentuk rumah adat. Selain memiliki kekhasan dari bentuk atap yang tinggi, arsitektur tradisional Sumba juga dilandasi oleh nilai budaya yang menghargai para leluhur. Keberadaan buku ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada siswa bahwa salah satu kekayaan budaya Indonesia dapat dilihat dari arsitektur yang beragam dan unik serta memiliki nilai budaya yang tinggi. Selain itu, melalui buku ini, siswa juga diharapkan memahami bahwa setiap bangunan tradisional didirikan dengan berlandaskan pada filosofi yang dianut oleh masyarakatnya. Dalam penulisan buku ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Direktorat PKT yang telah memungkinkan kami melakukan penelitian di Kampung Adat Ratenggaro. Terima kasih pula kami sampaikan kepada para informan selama penelitian, terutama Dominggus Kabunggul yang menjadi juru kunci di Kampung Adat Ratenggaro serta Romo Robert Ramone yang mendirikan Rumah Budaya Sumba di Weetebula, Sumba Barat Daya yang telah banyak membantu penelitian kami. Kepada Unggul Sudrajat dan Bakti Utama yang telah berbagi foto Kampung Adat Ratenggaro, kami juga mengucapkan terima viii kasih. Terima kasih secara khusus kami sampaikan kepada rekan Genardi Atmadiredja yang telah membuat ilustrasi dan mewujudkan tampilan buku dengan desain yang menarik. Terima kasih pula kami sampaikan kepada Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan yang telah memberikan kesempatan untuk menuliskan kembali hasil penelitian ini dalam bentuk yang lebih populer melalui Sayembara Penulisan Bahan Bacaan Literasi Baca-Tulis 2018. Akhir kata, selamat membaca.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.